Minggu, 01 Agustus 2010

ayah sahabatku


Akhir bulan ini, tepatnya Jum'at 30 July 2010 mungkin bukan hari yang baik untuk Helsa (sahabat saya sejak duduk di bangku SMP). Ayahnya (yang juga telah saya anggap sebagai ayah saya sendiri), meninggal dunia tepat ketika akan mengambil air wudhu untuk melaksanakan ibadah sholat magrib.
Sabtu, 31 July 2010 05.20 WIB. Ketika itu saya baru saja terbangun dari tidur yang kurang nyenyak. Saya mengaktifkan handphone saya, biasanya handphone tetap aktif. Tapi malam itu saya matikan karena memang agak eror itu HP. Langsung banyak pesan masuk yang saya terima pagi itu, yang pertama saya buka adalah pesan dari Emon (salah satu sahabat saya juga saat di SMP yang sekarang satu kelas lagi di SMA), "inalilahiwainailaihirojiun, ayah dari teman kita Helsa telah berpulang mendahului kita semua. minta doa nya yah semoga amal ibadahnya di terima di sisi-Nya! amien.." pastinya saya kaget! Karena memang tidak pernah tau kalau ayahnya Helsa sakit. Lalu, ada sms dari Helsa. "de (panggilan sayang helsa ke saya, dan saya juga panggil dia kaka), ayah kaka meninggal tadi magrib de. tolong kasih tau temen temen yah!" ucap Helsa di sms, itu adalah sms yang tadi malam Helsa kirim . Saya benar benar menyesal tidak mengaktifkan hp malam itu, tapi untungnya Emon bisa dapat kabar itu.
Saya dan teman-teman berniat untuk datang melayat ke rumah helsa sore harinya, saya datang bersama Shofani, Emon, Fanny, Naufal dan Gesya. Sesampainya disana kami bertemu Helsa yang matanya sembab, pastinya dia menangis semalaman itu. Raut wajahnya masih menggambarkan bahwa dia memang sedang bersedih.
Helsa yang aku kenal selama tiga tahun ini, adalah seorang Helsa yang periang, humoris, tegar, dan memang kuat dia. Tapi saat itu saya lihat dia agak murung. Dia mulai menceritakan kejadian nya secara rinci kepada kami. Yang saya takutkan adalah, Helsa teringat kembali pada malam dimana ia terakhir kali melihat ayahnya dan dia menangis lagi. Tapi ternyata dugaanku salah! Helsa sama sekali tidak mengeluarkan air mata dari kedua sudut matanya. Dia bercerita dengan jelas kepada kami. Malahan di tengah cerita sampai akhir cerita dia sering mengeluarkan celetukan celetukan yang memang seperti biasanya ia lakukan.
Sungguh tegar Helsa!
Jika saya yang berada di posisi Helsa saat itu, saya belum tentu bisa kuat. Saya benar-benar salut terhadapnya!
Saya berharap, Helsa bisa tetap ceria seperti dulu. Helsa bisa menjadikan semua ini pelajaran berharga baginya, dan ini juga pelajaran bagi saya dan teman teman. Sebesar apapun masalah yang kita hadapi, kita harus tetap kuat dan tetap semangat!
Dan semoga, ayah Helsa diterima disisi-Mu ya Alloh ..
amien :)