Sabtu, 09 April 2011

KAULAH PAHLAWAN KAMI, ayah..

lihatlah..
mata itu, matamu yang selalu memandang ramah
bibir itu, bibirmu yang selalu terpasang tawa
bahu itu, bahumu yang selalu kau pasang tegak
tangan itu, tanganmu yang terlihat kasar penuh perjuangan
kaki itu, kakimu yang tak pernah berjalan gontai

tapi sebenarnya..
matamu lelah karena mengawasi kami
karenaengkau tak ingin kami terluka
bibirmu tak harus memasang tawa paksa
menahan semua kepahitan yang kau hadapi
bahumu tak mungkin terus tegak
mambawa beban yang tak seharysnya kau pikul sendiri
tanganmu itu menyimpan seribu cerita
mendalami kisah hidupmu yang keras
kakimu letih terus berjalan, tanpa istirahat
menunjukan kau ini sesungguhnya lelah

ayah, serahkan bebanmu kepada kami
kini kami bukanlah kanak lagi
pengorbananmu selama ini telah cukup
menjadikan kami siap menjalani seluruh rintangan

Penggelitik Hati

disaat sendu berujung tawa
kaulah disana tawa itu
disaat tawa berujung kesenangan
kaulah yang menghanyutkan kesenangan itu
disaat kesenangan diakhiri tangisan
kaulah yang memberikan tangisan itu
tatkala tangisan yang membawa gelisah
hanya kaulah yang memiliki selimut ketenangan

Pertemuan Dipenghujung Bulan Maret

ketukan pintu itu sudah tak asing lagi
nampaknya benar seseorang dibalik pintu
dengan tetesan air hujan mengucur dari tubuhnya
tubuhnya membisu dalam kegelapan malam
hanya raut kelemahan yang tercipta

duduk terpaku diujung ruang tamu
tidak mengubah suasana menjadi hangat
kata maaf yang terlontar dariku
tak jua meluluhkan kebisuan yang terjadi

semua jeritan dalam hati
hanya dapat berseru
takkan ada lagi pertemuan setelah ini!