Jumat, 22 Maret 2013

Lelaki yang Sedari Dulu

Sudah hampir tiga tahun kebelakang ini, dia selalu membuat aku merasa menjadi wanita spesial. Itu sudah cukup, terimakasih!
Selama ini aku hanya menganggapnya kawan, maafkan aku.
Tapi kali ini mungkin akan berbeda, kita lihat saja nanti.
Untuknya, dengan angka 18.

Hanya 'Beberapa Hari' Dengannya

Ketika itu ruangan kantin sekolah disesaki murid-murid yang kelaparan karena tiga jam mereka gunakan untuk belajar. Aku datang bersama kedua temanku dengan tujuan yang sama pastinya dengan murid yang lain, makan. Di meja dekat pintu masuk ada perempuan heboh yang mencuri perhatian di ruangan itu, biasalah kelakuan kakak kelas selalu begitu. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikannya, tapi perhatianku tercuri juga olehnya saat dia bertanya, "Nama kamu siapa sih?" dan aku berusaha tetap tenang dengan menjawab, "Nazam". Dia hanya tertawa bersama keempat temannya, seketika aku merasa dianggap  anak kecil yang sedang diajadikan bahan tertawaan seniornya. Entah apa yang mereka tertawakan, yang jelas mereka tertawa karena aku.

Beberapa hari setelah kejadian di kantin itu, aku semakin sering bertemu dengan kakak kelas itu. Aku belum tau jelas siapa namanya, tapi aku tau orang itu. Aku sempat meminta tanda tangannya saat ospek organisasi musik di sekolahku dan dia salah satu staf inti di oraganisasi itu. Dia selalu memanggil namaku dengan lantang, seolah-olah dia kenal padaku. Entah apa maksudnya, dan jelas karena aku tidak begitu mengenalnya aku hanya menjawab dengan senyuman (bingung). Sempat suatu hari dia bersama 'tiga serangkai'nya (aku sebut begitu karena aku sering melihat dia bertiga dengan kedua temannya yang itu-itu terus) memanggilku sambil tertawa genit, lagi-lagi aku tidak mengerti apa maksudnya. Maka seperti biasa aku jawab dengan senyum kebingungan dan dia berkata, "Ih jutek banget sih.." aku tidak tau apa yang dia maksudkan dengan 'jutek' karena menurutku wajar jika aku merespon seperti itu, karena aku tidak mengenal dia. Padahal itu aku sudah mengusahakan untuk tetap tersenyum padanya, ya mungkin karena bawaan wajahku sinis.

Beberapa hari setelah dia menyebutku 'jutek', aku kembali bertemu dengannya. Tapi kali ini bukan berpapasan, kali ini dia melatihku. Sebenarnya bukan melatih sih, ya lebih tepatnya dia mengawasi latihan pentas seniku. Organisasi musik kami dipercaya pihak sekolah untuk mengisi hiburan di acara ulang tahun sekolah setiap tahunnya, dan ini kali pertamaku mengikuti acara ini. Tentu saja, karena aku murid tahun ajaran baru yang masih belum tau banyak tentang sekolah baruku ini.

Hampir setiap hari selama dua minggu itu aku menghabiskan sore hariku di sekolah bersamanya, bukan berdua saja tapi bersama puluhan temanku satu organisasi. Dia murid kelas tiga yang seharusnya sudah fakum di organisasi kami, tapi karena keterlambatan sertijab dan karena murid anak kelas dua susah diandalkan jadi dia harus turun tangan lagi mengurusi pentas seni ini. Dia tidak sendiri, dia selalu datang berdua dengan salah satu senior di organisasi kami untuk melatih aku dan teman-temanku. Entah aku yang terlalu percaya diri atau ini memang kenyataannya, aku merasa paling dia perhatikan setiap latihan. Mungkin karena dia sudah tau namaku jadi dia sering menyebutkan namaku dan bertanya. Pernah suatu sore, disaat kami semua sedang istirahat latihan dia bertanya, "Nazam, kamu tau kan nama aku siapa?" dan aku bingung harus menjawab apa. Karena aku tidak tau namanya, aku menjawab dengan polos, "Hmm lupa kak hehe" dia hanya tertawa dan berlagak marah sambil berkata, "Nama aku Afilah, huh awas kalo kamu sampe lupa lagi ya, inget-inget!" dan diakhiri dengan tertawa.

Setelah beberapa hari aku mengenalnya, aku mulai merasa nyaman dengan sikapnya yang mau berbaur dengan juniornya. Bahkan terkadang aku dan teman-temanku merasa tidak ada batasan antara junior dan senior disaat itu. Pentas seni pun terselenggarakan dengan lancar dan sukses, kami merayakan kesuksesan kami di rumah salah satu senior kami. Pada saat akan pulang dari sana, Afilah meminta aku untuk mengantarnya pulang, ya akhirnya aku mengantarkannya sampai ke depan rumahnya. Aku pulang ke rumahku, entah kenapa saat itu dengan berani aku mengirim dia 'SMS' mengucapkan selamat malam. Dan malam itulah kedekatan kami mulai agak berbeda.

Beberapa hari setelah malam itu, aku yang semakin dekat dengan kakak kelasku memberanikan diri untuk mengajaknya nonton film di bioskop. Awalnya sih aku mengajak teman-temanku yang lain, tapi entah kenapa mereka semua tidak jadi ikut dan akhirnya aku hanya menonton film berdua dengan seniorku, Afilah (tentunya dengan pengunjung bioskop yang lainnya). Beberapa hari setelah nonton di bioskop itu, aku lebih terbuka kepadanya dan begitu pula sebaliknya. Dan kami sering menghabiskan waktu berdua, orang-orang di sekeliling kami pun mulai mempunyai presepsi mereka masing-masing mengenai kedekatan kami.

Aku menikmati kedekatan kami tanpa pernah membicarakan hal-hal yang berbau hubungan kami, sampai suatu saat dia mempertanyakannya. Lagi-lagi aku bingung dengan pertanyaannya, sebenarnya aku bingung dengan apa yang sedang aku lakukan dengan dia. Karena bisa saja dia sedang mempermainkanku, atau mungkin saja aku hanya dianganggap 'adik' baginya. Makanya aku tidak pernah menyimpan perasaan lebih juga padanya. Tapi kali itu aku benar-benar bingung dengan pertanyaannya, "Apa kita bisa lebih dekat dari ini?" jelas-jelas dari pertanyaannya itu dia menanyakan kepastian! Saat itu aku tidak menjawab pertanyaannya dan pergi meninggalkan dia. Memang sangat tidak sopan jika itu dipandang dari sisi seorang adik kelas yang mengabaikan seniornya.

Beberapa hari setelah pengabaianku, Afilah tidak pernah menghubungiku lagi. Entah kenapa di sekolah pun aku jadi sangat jarang bertemu dengannya, ya mungkin karena dia sibuk untuk mempersiapkan Ujian Sekolahnya. Tapi saat bertemu siang itu di sekolah, dia hanya melemparkan senyum tipis seperti orang yang baru kenal. Bahkan saat aku baru mengenalnya pun dia tidak senyum seperti itu, dia selalu memanggilku dan tertawa. Aneh, sepertinya dia mulai lupa terhadapku, lupa aku yang sempat menjadi 'adik'nya.

Ini mungkin memang salahku yang pada saat itu mengabaikan pertanyaannya dengan kurang sopan. Tapi aku begitu karena aku tidak ingin mulai membahas yang menurutku tidak akan ada habisnya kami perbincangkan. Dan buktinya, baru saja beberapa hari kami tidak berhubungan, dia sudah bisa dengan santainya mengahadapiku. Tidak ada wujud kekecewaan darinya jauh dariku. Ini yang aku persiapkan sejak dulu aku dekat dengannya, aku siap tidak memiliki hubungan lebih dengannya. Mungkin memang dia hanya menganggapku sebagai 'hiburan', sebagai 'anak kecil' yang bisa diajak asik-asikan. Dan bodohnya aku berani mendekatimu yang terpisah dua tahun diatasku.

"Terimakasih kak, sudah menjadi teman dekatku beberapa hari terakhir ini.."

Jumat, 08 Maret 2013

Teruntuk Pria yang Berulang Tahun Hari Kemarin

Halo, apa kabarmu? Beberapa hari terakhir ini kabarmu tak terdengar di kupingku. Kamu juga tidak menghubungiku setelah ajakan malam minggumu kutolak, dan percakapan kita di pesan singkat itu kuakhiri dengan kurang baik. Maaf jika perilakuku kurang berkenan di hatimu. Ah, mungkin satu kata maaf tidak cukup untuk menebus perilakuku yang tidak berkenan kepadamu. Maafkan aku..

Baiklah hari ini hari ulang tahunmu yang ke-19, angka favorite-ku. Ulang tahun yang ke-6 yang kamu lalui setelah kita berkenalan (20 Januari 2007, Bioskop Parahyangan), tetapi baru 2 kali kau merayakannya bersamaku. Diumur 19 tahun ini kamu bagikan 2 tahun terakhir bersamaku, kekasihmu dulu. Tawa duka kita bagi bersama, walaupun aku yang lebih sering membagi duka padamu.

Kamu masih ingat perayaan pertama ulang tahunmu bersamaku? Senin, 7 Maret 2011 ulang tahunmu yang ke-17. Hari itu kamu marah besar padaku, skenarioku berhasil! Aku berhasil mengelabuimu di hari ulang tahunmu dan membuatmu kecewa padaku. Hingga pada akhirnya aku membeberkan semuanya padamu. Dan kita menikmati hari itu bersama teman-temanmu. Oh ya, kuharap kamu masih menggunakan kado pemberianku hari itu, tas ransel motif loreng abu.

Lalu, apakah kamu masih ingat perayaan kedua ulang tahunmu bersamaku? Rabu, 7 Maret 2012 ulang tahunmu yang ke-18. Aku tidak lagi mengelabuimu atau mengerjaimu di hari itu. Hari itu aku datang ke lapang belakang sekolah kita saat kamu olahraga. Aku ditemani Shofani dan Aci datang membawakan kue dan lilin, disambut dengan nyanyian 'Happy Birth Day' dari teman-teman sekelasmu.Kamu terlihat kebingungan dan hanya tawa darimu yang kamu sampaikan menyiratkan kamu senang, ya semoga saja. Aku menghadiahimu sepasang septu cokelat yang kelihatannya kamu kurang suka. Tapi aku harap kamu tetap menyimpannya dan mengingat itu.

Dan tahun ini, ulang tahun pertama yang kamu lalui tanpa ada aku sebagai kekasihmu. Hari ini aku tidak mengelabuimu, tidak mengerjaimu, tidak pula memberikan kejutan kue dan lilinke tempatmu. Aku juga tidak menghadiahimu barang-baran yang besar harganya. Aku datang hanya dengan surat dan buku ini. Buku tulis yang bisa dengan bebas kamu isikan disalamnya.

Entah kenapa sejak awal aku melihat buku tulis ini yang tertata rapi diatas rak buku salah satu toko buku itu, langsung terpikirkan olehku untuk memberikannya padamu sebagai kado ulang tahunmu. Awalnya aku ingin mengahadiahimu kemeja biru yang sempat kutunjukan padamu saat kita berjalan-jalan di toserba itu, akan sangat pas jika kamu yang mengenakannya. Tapi saat ini aku tidak punya cukup uang untuk membelinya. Jadi maaf jika aku hanya bisa menghadiahimu buku tulis ini.

Semoga buku ini bisa bermanfaat bagimu, tidak hanya buku ini yang bermanfaat tapi hidupmu juga. Aku harap hidupmu juga akan jauh lebih bermanfaat di umurmu yang semakin dewasa ini. Semoga di tahun 2013 ini kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kamu harus bisa lebih dewasa mengahadapi semua masalah, kamu harus bisa lebih bersabar menghadapi hal-hal yang membuatmu jengkel. Nikmati hidup mudamu selagi masih bisa, kebahagiaan itu akan kamu dapatkan dari dirimu sendiri bukan orang lain. Semoga kamu mendapat kebahagiaan itu..

Sebelum berakhirnya surat ini, aku ingin meminta maafmu untuk semua perbuatanku yang menyakiti hatimu selama ini. Aku harap kita bisa menjalin hubungan baik meskipun kita tidak lagi menjadi sepasang kekasih. Ingat aku dan hubungiku jika itu membuatmu nyaman. Tapi lupakan aku jika mengingatku hanya memberikanmu kesakitan. Dan ingat, manusia diciptakan untuk merelakann bukan untuk melupakan. Ini bukan perpisahan, ini mungkin awal yang baru. Dengan atau tanpaku, aku yakin kamu bisa melewatinya.

Kesayanganmu dulu,   

Rizka Azizah Ramdhania